Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an tidak hanya berbicara tentang kewajiban menuntut ilmu, melainkan juga memberi petunjuk tentang siapa yang layak dijadikan guru. Ini menunjukkan bahwa memilih seorang guru bukanlah perkara sepele, sebab sosok guru yang tepat dapat membentuk karakter, akhlak bahkan masa depan seorang murid/ santri.
Menjadi seorang guru adalah menjadi teladan. Guru dalam pandangan Al-Qur’an, tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing spiritual (mursyid, murabbi), penanam nilai, dan panutan dalam laku kehidupan. Tidak heran jikalau banyak dari masyarakat kita, guru disebut digugu lan ditiru – seseorang yang perkataan dan perbuatannya layak dipercaya, dianut dan diteladani.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas tiga kriteria penting dalam memilih guru menurut perspektif Al-Qur’an. Kriteria ini tidak hanya relevan untuk pelajar di pesantren atau lembaga pendidikan Islam, tapi juga bisa menjadi pedoman umum bagi siapa saja yang tengah mencari bimbingan dalam menuntut ilmu.
Wara’ (Menjaga Diri)
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, guru harus memiliki kualifikasi wara’. Sebagai seorang pengajar dan pembimbing ruhani, gurus harus memiliki sikap wara’ atau sikap kehati-hatian dalam segala hal, termasuk ketika berinteraksi dengan murid. Kehati-hatian yang dimaksud adalah sebagaimana didefinisikan Imam Az-Zarnuji, attaharaju anil haram fi halan lita’lim (memelihara diri dari sesuatu yang haram sewaktu menuntut ilmu).
Seorang guru harus mampu menjaga dan memelihara diri dari sesuatu yang syubhat (tidak jelas atau remang-remang) dan haram dalam konteks menuntut ilmu. Seringkali para penuntut dan pengajar ilmu melupakan hal ini karena keberkahan ilmu hanya dapat dicapai melalui sesuatu yang terjaga. Sebab konsep belajar dalam Islam berbeda dengan konsep belajar pada umumnya. Sebagai misal, para ulama terdahulu selalu memperhatikan adab dan kesucian diri serta batin dalam proses menuntut ilmu. Imam Bukhari, misalnya, ketika menulis satu hadis, ia berwudhu terlebih dahulu dan melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat agar apa yang ditulisnya menjadi berkah dan manfaat untuk umat.
Islam juga menekankan bahwa seorang guru yang wira’i akan menentukan berhasil tidaknya seorang murid. Karena itu, seorang murid juga harus memperhatikan, memilah dan memilih tentang siapa yang berhak kita jadikan seorang guru. Sebab kata Ibnu al-Mubarok, sebagaimana dikutip oleh Imam Muslim, laulal isnaad laqala man sya’a ma sya’a, seandainya tanpa sanad, siapapun dapat berkata apa saja dan bagaimana saja. Sikap wara’ ini sangat penting untuk menjaga integritas guru dan memberikan contoh yang baik kepada murid.
‘Alim (Berilmu)
Kriteria yang kedua adalah ‘alim (berilmu). Penting bagi seorang murid untuk memilih seorang guru yang ‘alim (berilmu) agar ia dapat mengambil manfaat dari konstruksi berpikir atau cara pandang seorang guru dalam menjelaskan suatu persoalan. Sebab cara pandang seseorang cenderung dipengaruhi dari mana ia mengambil sumber. Begitupun seorang murid dalam mengambil ilmu kepada seorang guru. Sedikit banyak ia pasti dipengaruhi dengan cara berpikir gurunya.
Al-Quran mendalilkan,
Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran (Q.S. Az-Zumar [39]: 9).
Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa tidak sama antara orang yang ‘alim dengan orang yang jahil (bodoh). Ketidaksamaan ini menyangkut berbagai hal, terutama dalam merespons suatu persoalan, sikap, emosi dan ketenangan. Seorang guru yang alim adalah mereka yang dahulunya ditempa oleh para pakar dalam bidang keilmua tersebut. Ia telah sempurna mengambil ilmu dari guru-gurunya.
Tidak hanya itu, ia juga telah lama hidup bersama (mulazamah) dengan para guru-guruny sehingga pantas mendapatkan pujian dan gelar sebagaimana guru-gurunya. Penting bagi seorang murid untuk memperhatikan hal ini. Ada hal yang telah menjadi sebuah tradisi sejak dahulu yang relevan hingga sekarang – sebagaimana penjelasan Asy-Syathibi – yakni seorang yang alim pasti tercetak dari guru-guru yang alim dan kompeten di bidangnya.
Senata Adi Prasetia, M.Pd, Ustadz di Cariustadz
Tertarik mengundang ustadz Senata Adi Prasetia, M.Pd? Silahkan klik disini